
NEGOSIASI antara pejabat Israel dan Hamas dilaporkan mencapai terobosan. Ini membuka jalan bagi pertukaran tahanan besar-besaran dan gencatan senjata akan mengarah pada pembebasan 33 sandera.
Menurut laporan yang muncul, Hamas setuju membebaskan sandera serta Israel menarik pasukan dari beberapa bagian di Jalur Gaza, memfasilitasi bantuan kemanusiaan, dan membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai imbalannya.
Kesepakatan monumental itu bahkan memiliki beberapa angka yang sangat spesifik. Rinciannya, Israel bakal membebaskan 50 tahanan untuk setiap tentara perempuan Israel yang ditahan oleh Hamas.
Israel juga akan membebaskan 30 anak dan perempuan yang ditahan untuk setiap sandera yang dibebaskan Hamas. Tahap pertama juga melibatkan pembebasan sekitar 200 orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup bersama dengan 1.000 tahanan tambahan, termasuk semua perempuan, anak-anak, dan yang sakit.
Kesepakatan itu, yang dilaporkan ditengahi dengan bantuan Qatar, Mesir, dan Turki, merupakan konsesi yang signifikan oleh kedua belah pihak. Sementara Israel bersikeras untuk memasukkan lebih banyak sandera, termasuk tentara yang terluka, Hamas memanfaatkan situasi tersebut untuk mengamankan pembebasan tahanan yang dianggap bernilai tinggi oleh otoritas Israel.
Bagi tahanan yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, ada konsekuensi lebih tinggi. Laporan menunjukkan banyak dari tahanan tersebut yang mungkin menghadapi deportasi ke Qatar, Mesir, atau Turki untuk mengurangi potensi risiko keamanan.
Pada Minggu (12/1), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden berbicara tentang upaya mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera sebelum pelantikan Donald Trump minggu depan.
Pembicaraan yang dimediasi selama setahun terakhir oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar berulang kali terhenti pada saat-saat ketika mereka tampaknya hampir mencapai kesepakatan. Namun, dalam beberapa hari terakhir, pejabat AS menyatakan harapan untuk menyegel kesepakatan itu.
Panggilan telepon pada Minggu antara Biden dan Netanyahu terjadi ketika kepala badan intelijen asing Mossad Israel, David Barnea, dan penasihat utama Biden untuk Timur Tengah, Brett McGurk, berada di ibu kota Qatar, Doha. Kehadiran Barnea, dikonfirmasi oleh kantor Netanyahu, menunjukkan pejabat tinggi Israel yang terlibat dalam pembicaraan untuk meneken perjanjian.
Harapan warga
Gedung Putih dan kantor Netanyahu sama-sama mengonfirmasi panggilan telepon antara kedua pemimpin tersebut tanpa memberikan rincian.
Sejauh ini, hanya satu gencatan senjata singkat yang dicapai dalam 15 bulan perang. Itu pun terjadi pada minggu-minggu awal pertempuran.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan minggu lalu bahwa kesepakatan itu sangat dekat. Ia berharap menyelesaikannya sebelum menyerahkan diplomasi kepada pemerintahan Trump yang akan datang.
Sejauh ini, Netanyahu mengisyaratkan bahwa ia hanya berkomitmen pada fase pertama gencatan senjata yang akan melihat pembebasan sebagian sandera dengan imbalan penghentian pertempuran selama berminggu-minggu.
Hamas bersikeras pada penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah yang sebagian besar hancur, tetapi Netanyahu bersikeras menghancurkan kemampuan Hamas untuk berperang di Gaza.
Beberapa isu dalam pembicaraan tersebut mencakup sandera yang akan dibebaskan pada bagian pertama dari kesepakatan gencatan senjata bertahap, tahanan Palestina yang akan dibebaskan, dan sejauh mana penarikan pasukan Israel dari pusat-pusat populasi di Gaza.
Aksi genosida Israel di Gaza menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina. Sebagian besar korban tewas ialah perempuan dan anak.
Serangan Israel dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Saat itu, militan Palestina dituding menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 lainnya.
Keluarga dari sekitar 100 sandera yang masih ditahan di Gaza mendesak Netanyahu mencapai kesepakatan untuk membawa pulang orang-orang yang mereka cintai. Pada Minggu malam, warga Israel kembali berunjuk rasa di kota Tel Aviv dengan memajang foto-foto sandera.
Di Gaza, warga Palestina meredakan harapan mereka untuk menyaksikan serangan Israel berhenti total. Gempuran brutal Zionis itu menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut dan mengusir lebih dari 80% dari 2,3 juta penduduknya dari rumah mereka.
“Kami mendengar bahwa ada negosiasi setiap hari, tetapi kami tidak melihat apa pun,” kata Mazen Hammad, seorang warga kota selatan Khan Younis. “Ketika melihatnya di lapangan, kami baru percaya bahwa ada gencatan senjata.” (Daily Mail/Z-2)